Sore ini hujan turun cukup deras. Aku berada disalah satu tempat temanku, aku
bermaksud untuk menunggu hujan reda, namun karena senja telah datang aku
putuskan untuk pulang saja. Aku meminjam payung temanku untuk ku gunakan pulang
kerumah. Ketika berada didalam angkutan umum aku terhenyap sejenak kedalam lamunanku,
"Sore ini hujan turun. Mungkin saat ini langit sedang bersedih saat ini. Ah
tidak, langit tak sedang bersedih. Langit sedang gembira dan membagikan
kebahagiaannya kepada kita semua melalui hujan ini".
Bogor memang terkenal dengan sebutan "Kota Hujan" wajar jika curah
hujan disini cukup tinggi, namun tak apalah, hujan adalah berkah. hujan juga
membawa kesejukan dan menumbuhkan benih-benih tumbuhan diluar sana.
Tak terasa aku sudah harus turun angkutan umum
yang ku naiki dan harus menaiki angkutan umum yang lainnya. Aku turun disamping
"Tugu Kujang". Sejenak ku tatap Tugu yang menjadi simbol kebanggaan
kota Bogor itu dibawah payung dalam riuhnya hujan. Namun sayang, kini tingginya
"Tugu Kujang" terkalahkan oleh tinggi bangunan disebelahnya. rasanya
miris juga.
Dengan bermodalkan payung yang ku pinjam dari temanku, aku memandangi keadaan
sekitar. terlihat banyak sekali "Pengamen" yang turun naik angkutan umum,
membawa gitar dan bernyanyi. didalamnya ada sebagian orang yang memang menjual
suara, ada juga yang hanya iseng mencari tambahan uang untuk dipakai
"bermabuk-mabukan" dipinggir jalan. kadang mereka juga mengeluarkan
kata yang tidak sedap didengar jika tidak ada penumpang yang memberi uang
kepada mereka. Miris dan Ironis.
Sudah cukup banyak orang yang lewat menggunakan payung, ada juga beberapa yang
berdiri tak jauh dariku. Aku melihat sedikit jauh, terlihat sosok seorang
laki-laki, sudah cukup berumur, mungkin lebih tua dari umur ayahku. Aku
berjalan menghampirinya dan berbagi payung dengannya. Aku heran mengapa tak
seorangpun mau berbagi payung dengannya dikala hujan ini, padahal cukup banyak
orang yang berada disitu sedang mengenakan payung. Mungkin inilah yang
dinamakan "egois" dan "krisis kepedulian terhadap sesama".
Aku sedikit berbincang dengan Bapak tersebut, aku menanyakan ia ingin naik
angkutan umum nomor berapa dan kemana tujuannya. Benar saja firasatku,
penglihatan Bapak tersebut sudah kurang sehingga kesulitan untuk melihat nomor
angkutan umum dan menghentikannya. Arah yang ingin dituju Bapak itu sama
denganku dan akhirnya aku menyetop angkutan umum dan naik bersama dengan Bapak
itu.
ketika saya hendak turun, Bapak itu mengucapkan "terimakasih
banyak ya nak". kata terimakasih itu terdengar sederhana namun sangat
mendalam. terasa bahagia sekali diriku ini dapat berbagi dengan sesama, senang
sekali hati ini dapat menolong orang lain.
Jika anda yang berada diposisi seperti diriku tersebut, apa anda juga akan
berbagi? atau anda acuh saja pura-pura tidak melihat? :)
cerita ini dibuat bukan untuk menyombongkan diri
telah menolong orang lain, aku ikhlas menolong siapapun tanpa mengharapkan
apapun. cerita ini dibuat hanya untuk bahan introspeksi diri. "bukan
seberapa banyak hal yang kita terima dari orang lain, tapi kita sudah
memberikan apa untuk orang lain?" semoga cerita ini dapat meningkatkan
tingkat kepedulian kita terhadap orang lain. membantu seseorang tidak perlu melihat
apapun, yang dibutuhkan hanya niat, kerjakan, dan ikhlas. :)
semoga blog dan cerita ini bermanfaat...
aamiin...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar